14 Sept 2010

Sekapur Sirih

Tayan, ya Tayan tempat yang mestinya tak terlupakan/terlewatkan dari identitas siapapun dari diri kita yang pernah lahir, dibesarkan di kota kecil ini. Cobalah lihat di ID card kita apakah itu KTP, Paspor, SIM ataukah di Ijazah, Rapor, Buku Nikah, Surat Penghargaan dan lain sebagainya, dimanakah tempat lahir kita, bila ternyata Kota Tayan tertera disitu maka kita adalah sekian dari Nebiak yang pernah menghirup udara kota Tayan, meminum air sungai Kapuas dan memendam bagian dari tanda lahir kita(tembunek) ditanah Tayan ini, maka tak heranlah kita mendengar celetukan nebiak Tayan yang menilai kalau seseorang yang sudah berubah cara bicaranya, bahasa yang dipergunakannya, penampilan dan sebagainya dengan kata-kata” tembunek kau dimane?

Tentulah sebagai Nebiak Tayan, banyak kenangan/nostalgia yang terpateri dalam sejarah kehidupan kita yang dimulai dari “kampung” Tayan ini, mungkin dari bayi yang masih merah, masa kanak-kanak hingga mungkin kelak menutup mata.
Manalah mungkin kita dapat melupakan air sungai kapuas yang pernah kita telan/minum, yang pernah kita mandi dan mustahillah kita dapat melupakan bahasa asli kita bahasa Tayan, kata-kata “sidak, aom am bah, ngape miyan, sinun, aok bah” dan banyak lagi lainnya dari ingatan kita tentulah tak pernah sirna, walau kita telah melanglang buana dan jauh dari pergaulan orang-orang/nebiak Tayan, apapunlah status kita atau siapapun kita tentu tak akan pernah melupakan kampung kita ini, terkecuali kita dihinggapi penyakit hilang ingatan/gila.

Berpuluh tahun atau berbilang waktu kita meninggalkan kampung kita ini, Tayan semakin banyak berubah, baik itu banyaknya bangunan rumah-rumah atau pun jalan-jalan yang sudah beraspal, yang jaman dulu(marek) merupakan pemandangan langka di Kota Tayan. Cuma ada beberapa hal yang  mungkin telah hilang yaitu peninggalan tradisi kehidupan nebiak Tayan yang dulu kita jumpai, seperti permainan-permainan tradisional anak-anak seperti Glassen, cengklele, cengkrek, kasti dan sebagainya,kini mungkin tinggal cerita saja, dan berganti dengan permainan modern yang mengglobal menggilas tradisi lama yang dianggap kuno.

Nebiak Tayan pun banyak menyebar keseantero negeri Indonesia, dengan berbagai ragam keahlian/profesi dan kedudukan, meminjam perumpamaan dari “kondektur hingga Direktur” Namun dibalik itu semua, mungkin yang perlu juga kita upayakan adalah persatuan dari komunitas nebiak Tayan atau orang Tayan dimasa yang akan datang, yang bila difokuskan untuk kemajuan tentu memberi dampak baik bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Tayan khususnya, umumnya generasi penerus nebiak Tayan.

Hari ini, kita berdiri di satu titik untuk menyuarakan persatuan nebiak Tayan itu, untuk kita sinergikan dalam bingkai kemajuan dan kemaslahatan nebiak Tayan yang akan datang, yang kita cita-citakan untuk kejayaan serta kelanggengan komunitas orang Tayan selamanya.Walau terdengar bombastis, namun itulah sebuah cita-cita, yang tak ada larangan nya bagi siapapun, meminjam kata-kata Bapak Presiden pertama RI  (Alm)Ir. Soekarno”Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”Sebagai cita-cita tentulah hal tersebut menginspirasi kita semua untuk berbuat yang terbaik bagi kampung halaman, semampu dan sesuai kondisi yang ada pada kita.

Sebagai langkah kecil, kami yang berprofesi sebagai pelaku usaha dibidang grafika merasa tergerak dengan menerbitkan”Majalah” yang kita maksudkan sebagai wadah untuk menghimpun aspirasi nebiak Tayan dimanapun berada. Dan dengan memakai nama Majalah Tayan kami berharap dimanapun nebiak Tayan berada akan selalu ingat dengan kampung kita ini “Tayan” yang dulu pernah menjadi bagian kehidupan kita. Dan tentu kami berharap kiranya keberadaan Majalah Tayan ini dapat diterima oleh komunitas masyarakat Tayan

Kepada berbagai pihak yang sudah mendukung keberadaan majalah Tayan ini, kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya, khususnya Bapak Camat Tayan Hilir Bapak Agatho Adan S.Sos dan Sekwilcam Kec. Tayan Hilir Bapak Drs. A Gani.Terima Kasih


Redaksi
Hendry Zarkasih